Sabtu, 02 Januari 2010

Kurang Tidur Pengaruhi Kecerdasan Anak

Sebanyak 41 anak dari 80 anak usia di bawah tiga tahun di Indonesia tercatat sering mengalami gangguan tidur (51,3 persen). Hal ini cukup mengkhawatirkan, lantaran gangguan tidur disinyalir dapat mempengaruhi proses pertumbuhan kecerdasan anak di masa mendatang.

Dr Soedjatmiko, SpA(K), Msi, dari Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan anak FKUI/RSCM, menyatakan periode emas pertumbuhan otak anak terjadi pada usia dua bulan sebelum kelahiran hingga usia tiga tahun. Saat itu, kata dia, 80 persen sel-sel syaraf di otak -- termasuk sel kecerdasan -- tumbuh.

Sisanya, 20 persen, akan berlangsung sepanjang hayat, atau dihitung sejak bayi usia empat tahun hingga dewasa. Artinya, masa-masa kritis pertumbuhan kecerdasan justru terjadi saat bayi di bawah tiga tahun. Dan untuk tumbuh kembang secara optimal, tidak diragukan lagi, bahwa si bayi harus cukup tidur.

Soedjatmiko menerangkan selama masa tidur aktif (Rapid Eye Movement) 75 persen hormon tubuh disekresi. Pada waktu bersamaan, aliran darah ke sel otak meningkat tajam. Fase ini, terang dia, merupakan saat dimana sel-sel otak tumbuh dengan cepat. Bayi membutuhkan kondisi ini untuk pembentukan sel-sel syaraf.

''Hasil riset menunjukkan cukup tidur pada saat bayi tidak cuma berpengaruh terhadap aspek kognitif (kecerdasan), tapi juga emosi (kepribadian) dia saat dewasa,'' terangnya.

Riset para ahli di Amerika Serikat (AS) pada 1925 juga menunjukkan enam ratus anak ber-IQ di atas 140 tercatat memiliki waktu tidur lebih banyak. Hasil serupa ditunjukkan hasil penelitian di Jepang yang melibatkan 5.500 anak sekolah. Sementara pusat tidur di Kanada pada 1983 memaparkan anak dengan IQ superior mempunyai total tidur lebih lama 30-40 menit setiap malamnya.

Sumber : http://www.republika.co.id/

0 komentar:

Posting Komentar