Tampilkan postingan dengan label Kegiatan Belajar Mengajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kegiatan Belajar Mengajar. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Januari 2010

10 Cara Kreatif Mengajar Matematika

Berikut ini ada beberapa aktifitas di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:

1. Gunakan dramatisasi.

Ajaklah anak-anak berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma), merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.

2. Menggunakan anggota tubuh anak-anak.

Menyarankan agar anak-anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki( “membuktikan”) ini. Kemudian mengajak anak-anak untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).

3. Menggunakan permainan.

Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.

4. Menggunakan mainan.

Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.

5. Menggunakan cerita anak-anak.

Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya

6. Gunakan kreativitas alami anak.

Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahu”.

7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah.

Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.

8. Menggunakan berbagai strategi.

Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.

9. Menggunakan teknologi.

Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.

10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika.

Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.

Sumber: http://www2.scholastic.com

Menjadikan Matematika Sebagai Pelajaran Yang Menyenangkan

Banyak cara membuat Matematika menjadi pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Dari yang tradisional menggunakan batang lidi, sampai yang mutakhir ala Glenn Doman. Kuncinya cuma kreativitas.

Penuturan Djomon Bapila, Kepala SD 008 Kalampising, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, ini misalnya. Djomon mengaku, dia mewajibkan para siswa kelas I untuk membawa batang-batang lidi ke sekolah.

"Lalu, saya minta mereka mengikatnya dengan jumlah untuk masing-masing ikat sebanyak 10 lidi. Itulah alat hitung mereka," ujar Djomon, awal Oktober lalu.

"Sederhana memang, tetapi hanya itu yang termurah, tercepat, dan termudah untuk diserap oleh siswa. Dengan lidi-lidi ini, mereka menjadi aktif belajar dan tak sadar bisa menghitung dengan tangkas," tambahnya.

Lain Djomon, lain pula Sugimun. Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, ini punya cara jitu untuk membuat siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran Matematika yang ia ajarkan. Salah satunya, Sugimun mengajak para siswa bermain gaple atau yang lebih akrab disebut domino.

Ya, "domino Matematika". Sugimun sudah membuktikan bahwa domino tersebut bisa memudahkan siswa mengenal pelajaran Matematika tentang bilangan pecahan.

Tak ubahnya bermain domino, setelah kartu pertama dilempar, kartu berikutnya akan mengikuti. Namun, jika pada domino sesungguhnya berisi kumpulan atau urutan angka-angka, maka kartu pada "domino Matematika" berisi berbagai bilangan pecahan.

"Saya berpikir, apa pun yang ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan rumah maupun sekolah bisa dimanfaatkan. Sederhananya, Matematika itu tidak rumit dan mudah dimengerti siswa, asalkan gurunya bisa memudahkan siswa menyerapnya," ujar Sugimun.

"Pernah, waktu pelajaran tentang bangun bidang, seperti kubus, balok, segitiga, atau kerucut, saya minta siswa melihat ke semua sisi bangunan (sekolah), mulai dari dinding sampai atap, ternyata itu lebih mudah dimengerti ketimbang hanya teori di papan tulis," ujar lulusan Universitas Mulawarman ini.

Glenn Doman
Khusus anak balita, mereka memerlukan sistem pembelajaran, metode, dan sarana yang tepat supaya bisa merasa senang dan mudah saat mempelajari Matematika.

Berangkat dari fungsi otak yang memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa pada seorang anak, Dr Glenn Doman menunjukkan betapa mudahnya mengajarkan Matematika ke anak balita dan menjadikan proses belajar tersebut begitu menyenangkan.

Menurut Irene F Mongkar, seorang praktisi metode Glenn Doman, pada masa tiga tahun pertama, otak balita mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akibatnya, stimulasi yang diberikan pada masa ini akan merangsang kecerdasannya.

Pertanyaannya, bagaimana metode ini mampu membuat pelajaran Matematika menjadi begitu menarik dan menyenangkan buat anak-anak Anda?

- Tahap Pertama, Perkenalkan Jumlah

Perlihatkan kepada anak, kartu-kartu putih berukuran 28 x 28 cm dengan gambar dot (lingkaran berdiameter 2 cm) berwarna merah, mulai dari kartu berjumlah dot 1 sampai dengan 100.

Untuk memperkenalkan jumlah, cukup dengan memberikan 5 kartu, dengan sangat cepat (2 kartu untuk 1 detik) dan diulang maksimum sebanyak 3 kali sehari.

- Tahap Kedua, Perkenalkan Persamaan

Kembali kita menunjukkan kartu-kartu dot, misalnya dot berjumlah 7, 5, dan 12. Tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”tujuh ditambah lima sama dengan dua belas”.

Berikan tiga persamaan dalam setiap pengajaran, dan sehari berikan 3 kali pengajaran. Harus dicatat, setiap persamaan tidak diulang lagi.

- Tahap ketiga, Pemecahan Masalah

Siapkan kartu dot berjumlah 4, 7, 11, dan 16. Lalu, tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”Empat ditambah tujuh sama dengan 11 atau 16?”

Biarkan si anak memilih, dan berikan dia cukup waktu berpikir dan menunjukkan jawabannya. Berikan anak balita kesempatan untuk menggunakan kemampuannya.

- Tahap keempat, Pengenalan Angka

Pengenalan ini prinsipnya seperti pada tahap 1. Adapun pada tahap kelima, perkenalkan persamaan dengan angka yang ditulis dalam karton panjang berukuran 10 x 50 cm, dengan berbagai jenis persamaan, misalnya 7 + 1 + 11 – 5 + 2 – 4.

Dengan cara yang sederhana, waktu yang singkat, sikap gembira dan menyenangkan, kita dapat mengenalkan Matematika kepada anak balita. Dengan begitu, anak balita akan mulai menyenangi Matematika.

Sumber: Kompas.com

Jumat, 25 Desember 2009

Manajemen Kelas Yang Efektif

Setiap guru professional setidaknya harus bisa me-manajemen kelas dengan baik, karena manajemen kelas yang tertata dengan rapi akan dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran siswa. Setidaknya guru harus bisa menerapkan manajemen kelas yang efektif yang mampu menghadirkan suasana belajar yang kondusif dan nyaman bagi siswa.

Dari apa yang pernah di ulas oleh Drs Martadi MSn dalam sebuah rubrik “Klinik Pendidikan” di harian terkemuka Jawa Pos, beliau menyatakan bahwa ketika memikirkan manajemen kelas yang efektif, guru yang tidak berpengalaman terkadang mengabaikan lingkungan fisik kelas.

Menurut Drs Martadi MSn, saat ini ada kecenderungan terjadi perubahan orientasi dalam mengelola kelas. Pandangan lama menekankan pada penciptaan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tindak tanduk murid. Sedangkan trend baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada control eksternal atas diri murid.

Ada 4 prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam menata kelas, yaitu :

Kurangi Kepadatan di tempat lalu-lalang.
Biasanya gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku murid, meja guru, dan lokasi penyimpanan perlengkapan siswa, rak buku, komputer, dan lokasi lain. Pisahkan area ini sejauh mungkin dan pastikan memudahkan untuk diakses.

Pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid.
Tugas manajemen kelas yang penting adalah memantau murid secara cermat.

Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
Ini akan meminimalkan waktu persiapan, memudahkan untuk merapikan kelas, and mengurangi gangguan saat melakukan aktivitas pembelajaran.

Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
Tentukan di mana Anda dan murid Anda berada saat presentasi kelas diadakan. Untuk aktivitas ini, murid tidak boleh memindahkan kursi. Untuk mengetahui seberapa baik murid dapat melihat dari tempat mereka, coba duduklah di kursi mereka untuk memastikan murid dapat melihat dengan jelas.

Sumber : Jawa Pos



Cara Menilai Portofolio Siswa

Portofolio siswa terdiri atas sekumpulan hasil karya murid yang sistematis dan terorganisasi, yang menunjukkan keahlian dan prestasi murid. Sebuah portofolio adalah sekumpulan hasil kerja yang berguna untuk memberi tahu kita tentang kemajuan dan prestasi siswa.

Portofolio lebih dari sekadar kompilasi paper murid yang ditumpuk di map atau kumpulan catatan. Agar bisa disebut portofolio, setiap hasil kerja atau karya haris dibuat dan ditata sedemikian rupa sehingga menunjukkan kemajuan dan mengarah pada satu tujuan.

Portofolio bisa mencakup karya seni, komentar guru, poster, wawancara, puisi, hasil ujian, solusi problem, catatan komunikasi dengan bahasa asing, penilaian diri, dan prestasi-prestasi lain. Portofolio dapat dikumpulkan pada kertas map, foto, rekaman, video, CD, disket atau hard disk komputer.

Pakar penilaian Joan Herman (1996) mengatakan bahwa penilaian portofolio semakin popelar lantaran merupakan cara alami untuk mengintegrasikan instruksi dan penilaian. Empat kelompok bukti yang bisa diletakkan dalam portofolio adalah artifak, reproduksi, kesaksian atau pengesahan karya, dan produksi.

1. Artifak adalah dokumen atau produk seperti paper dan pekerjaan rumah siswa yang dihasilkan selama masa akademik normal di kelas.
2. Reproduksi adalah dokumentasi kerja murid di luar kelas, seperti proyek spesial atau wawancara. Misalnya, deskripsi murid tentang wawancara dengan ilmuwan lokal atau tokoh tentang kerja sang ilmuwan.
3. Pengesahan karya atau kesaksian, merepresentasikan dokumentasi kemajuan murid yang dibuat guru atau orang berwenang lainnya. Misalnya, guru menulis catatan evaluasi tentang presentasi lisan siswa dan menempatkannya di portofolio murid.
4. Produksi terdiri atas tiga tipe material, yakni pernyataan tujuan, refleksi, dan caption. Murid membuat pernyataan tujuan tentang kerja mereka dan mendeskripsikan kemajuannya dan membuat caption yang mendeskripsikan setiap hasil kerja mereka dalam portofolio beserta arti pentingnya.

Bagaimana menilai portofolio ? memang dibutuhkan cukup waktu untuk menilai portofolio. Guru harus mengevaluasi bukan hanya setiap item tetapi juga portofolio secara keseluruhan. Bila tujuan portofolio adalah memberi informasi deskriptif tentang murid untuk guru level selanjutnya, portofolio itu tidak perlu diberi nilai atau diringkas.

Namun jika tujuannya adalah untuk mendiagnosis, memperbaiki, memberi data untuk instruksi yang efektif, memotivasi murid untuk merefleksikan kinerja mereka, atau memberi nilai (grade) kepada murid, penilaian dan ringkasan harus dilakukan.

Sumber : Jawa Pos

Senin, 16 November 2009

Menilai Pembelajaran Kreativitas Para Siswa

Menghadapi peserta didik berbakat, sedikitnya Anda sebagai guru memiliki 10 cara penilaian secara bermutu, apakah pembelajaran kreativitas sudah Anda lakukan di dalam kelas?

Dalam buku yang ditulisnya berjudul Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana, Guru Besar Tetap Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Conny R Semiawan menuturkan 10 jenis penilaian tersebut. Simak kisi-kisinya!

Perumusan masalah aktivitas guru

Sudahkah Anda sebagai guru benar-benar membantu siswa melihat aspek tertentu berbeda dengan cara yang lazim terjadi di kelas? Banyak cara atau sudut pandang yang bisa didapatkan siswa dari setiap pembelajaran yang Anda berikan.

Analisis ide

Sudahkah Anda membantu siswa secara kritis memahami kekuatan dan kelemahan dari ide-ide mereka?

Menjual ide

Sudahkah Anda membantu siswa menjelaskan, melindungi, dan meningkatkan setiap ide yang diyakini oleh mereka?

Pengendalian isu

Ibarat pedang bersisi ganda, Anda harus membantu siswa mempersiapkan diri bahwa teori-teori Anda memiliki rentangan yang terbatas tentang kebenaran. Artinya, Anda harus memancing peserta didik mencari kebenaran melalui cara pandang mereka.

Menghadang kendala

Anda harus membantu siswa agar selalu sadar bahwa tidak semua pendapatnya bisa diterima oleh orang lain.

Berani ambil risiko

Anda harus bisa membantu meyakinkan siswa untuk selalu sadar dan siap bahwa setiap kreativitas selalu mengandung risiko.

Keinginan tumbuh kembang

Sudahkah Anda membuat siswa berani menantang dirinya sendiri?

Percaya diri

Sudahkah Anda membangun kepercayaan diri siswa dengan memberinya tugas yang berat, lalu membuat perencanaan bersama dengan mereka untuk mengatasinya?

Toleransi

Sudahkah Anda membantu siswa untuk selalu bisa menghormati pendapat orang lain dan "akibat" yang akan mereka terima dengan menghormati pendapat orang lain, seperti perasaan menyesal atau kecewa karena merasa belum bisa menerima kenyataan?

Menyayangi

Sudahkah Anda bisa membuat siswa menghargai segala hal yang telah dilakukannya? Dan, sudahkah Anda menunjukkan bahwa anak didik Anda bisa berhasil dalam bidang tertentu, yang berbeda dari bidang yang sedang digelutinya di dalam kelas?

Sumber: kompas.com